Mata Kuliah : Teori Belajar
Dosen : Dr.
Djadir, M.Pd
TEORI BELAJAR DIENES
Di Susun Oleh :
Kelompok VII
Syarifuddin (14B07054)
A. Wiwiek Pratiwi Fujiwijya (14B07148)
Darman Suyuti
(14B07021)
PRODI PENDIDIKAN
MATEMATIKA
PROGRAM PASCA
SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI
MAKASSAR
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
”Belajar
matematika itu sulit,
membosankan,” Begitulah
anggapan beberapa orang. Meski tidak semua orang beranggapan demikian, namun
banyak di antaranya yang mengeluhkan sulitnya mempelajari matematika. Apalagi,
bagi anak-anak usia sekolah tingkat dasar. Terlebih lagi bila mereka memperoleh nilai di bawah
rata-rata. Semangat untuk belajar cenderung menurun. Hal ini akan terus
berlanjut hingga ke jenjang pendidikan berikutnya. Maka sepanjang masa
pendidikan, mereka menganggap matematika menjadi pelajaran paling menyulitkan. Guna menepis
anggapan negatif tersebut perlu ditanamkan pemahaman bahwa belajar
matematika itu menyenangkan dan dapat dilakukan melalui permainan.
Bermain adalah hal yang sangat
penting bagi anak-anak karena dengan bermain mereka dapat mengaktualisasikan
dirinya sendiri. Selain itu penting juga bagi pertumbuhan dan perkembangan
mereka karena bermain merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam periode
perkembangan diri anak, meliputi dunia fisik, sosial dan sistem komunikasi.
Para ahli berpendapat,
anak-anak harus bermain agar mereka dapat mencapai perkembangan yang optimal.
Seperti Herbert Spencer (Catron & Allen,1999) menyatakan bahwa anak senang
bermain karena mereka mempunyai energi berlebih. Energi ini yang mendorong
mereka melakukan aktivitas sehingga mereka terbebas dari perasaan tertekan.
Seorang anak dapat
mengembangkan rasa percaya diri melalui bermain, karena dengan bermain dia
memperoleh kemampuan untuk menguasai tubuhnya, benda-benda, dan keterampilan
sosial. Anak-anak bermain dengan cara berinteraksi dan belajar mengkreasikan
pengetahuan. Bermain juga merupakan cara anak berpikir dan menyelesaikan
masalah, mereka membutuhkan pengalaman langsung dalam interaksi sosial. Anak-anak
lebih menyukai bermain karena kegiatan bermain mengandung unsur: menyenangkan
dan menggembirakan,
memunculkan motivasi dalam diri anak, anak-anak terlibat aktif bersama-sama.
Belajar dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Seperti yang kita ketahui ada beberapa macam gaya belajar, yaitu
Auditori (mendengar), Visual (melihat), dan Kinestetik (bergerak). Belajar
dapat dilakukan melalui melihat, mendengarkan, membaca, menyentuh, bergerak,
berbicara, bertindak, berinteraksi, merefleksi dan bahkan bermain.
Untuk mencapai perubahan
tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak terampil menjadi
terampil manusia tidak sekedar duduk di belakang meja. Untuk belajar, manusia
perlu melakukan berbagai aktifitas. Bagi anak-anak, belajar dapat dilakukan
dengan bermain. Aktifitas bermain itulah sesungguhnya yang merupakan sarana
belajar anak. Artinya anak-anak belajar melalui kegiatan bermain.
Ada tiga teori yang menjelaskan
bagaimana anak belajar, yaitu teori
Experential Learning, teori Konstruktivisme dan teori Multiple Intelligences. Ketiga teori tersebut mempunyai
kesamaan pendapat yaitu belajar adalah proses aktif yang menuntut peran aktif
setiap anak.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Belajar
Matematika Itu Menyenangkan
Menurut Baharuddin dan
Wahyuni (2012; 11) belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai
macam kompetensi, keterampilan dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir
sampai akhir hayat. Belajar merupakan aktivitas yang tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan manusia.
Dalam
mempelajari matematika yang dibutuhkan adalah kenyamanan dari para siswa saat
belajar. Siswa merasa senang untuk belajar sehingga dengan mudah ia akan
menyerap informasi serta memahami pelajaran matematika yang disampaikan oleh
guru. Hal penting yang perlu dipahami oleh para pendidik bahwa untuk mengajar
matematika pada anak sebaiknya dilakukan dengan cara yang menyenangkan, asyik
serta anak merasa betah untuk belajar karena ia tidak merasa terbebani untuk
belajar melainkan ia merasa bahwa sedang bermain.
Menurut Solehuddin (Hamdani, 2011; 11)
bermain adalah dunia sekaligus sarana belajar anak. Memberikan kesempatan
kepada anak untuk bermain berarti memberikan kesempatan kepada mereka untuk
belajar dengan cara-cara yang dapat dikategorikan sebagai bermain. Ini berarti pengalaman belajar
itu dirasakan dan dipersepsikan secara alami oleh anak sehingga menjadi
bermakna baginya.
Melalui bermain itulah
sesungguhnya anak belajar. Melalui bermain anak memiliki kesempatan untuk
membangun dunianya berinteraksi dengan orang lain, mengekspresikan dan
mengontrol emosinya, serta mengembangkan kecakapan simboliknya. Melalui bermain
pula, anak-anak memperoleh kesempatan untuk mempraktikkan
keterampilan-keterampilan yang baru diperolehnya dan mencoba tugas baru yang
menantang. Karena anak belajar melalui kegiatan bermain, guru harus merancang
kegiatan pembelajaran yang memiliki ciri-ciri bermain. Bermain dalam kaitan ini
merupakan strategi pembelajaran.
Anak-anak
bermain dengan berbagai bentuk dan cara. Ada permainan tertentu yang bentuknya
berupa aktivitas yang mereka lakukan dengan manusia. Bermain adalah cara untuk
mengembangkan aktivitas motorik. Pembelajaran motorik secara fisik akan
membentuk dasar-dasar untuk segala proses belajar, termasuk membaca, menulis,
aritmatika, dan musik. Intinya, tanpa pembelajaran motorik, perkembangan otak
akan terhambat.
Bermain sambil belajar merupakan sebuah
slogan yang harus dimaknai sebagai satu kesatuan, yakni belajar yang dilakukan
anak melalui bermain. “Bermain sambil
belajar” dalam arti ini tidak diartikan sebagai dua kegiatan yakni bermain
dan belajar, yang dilakukan secara bergantian tapi anak belajar melalui
bermain. Artinya, aktifitas-aktifitas anak lebih ditekankan pada ciri-ciri
bermain. Porsi bermain tampak lebih menonjol daripada belajar. Melalui bermain
itulah anak memperoleh berbagai kemampuan seperti kemampuan berkomunikasi,
kemampuan berbahasa, kemampuan bersosialisasi, kemampuan memanajemen emosi dan
berkemampuan berpikir logis-matematis.
Menurut Brawer (Hamdani, 2011;124)
Sebagian orang dewasa beranggapan bahwa anak tidak mungkin dapat belajar
apabila mereka menghabiskan waktu hanya unytuk bermain. Padahal, perlu diyakini
bahwa bermain memberikan sumbangan yang berarti bagi perkembangan kemampuan
akademik anak.
Manfaat yang dapat dipetik melalui “bermain sambil belajar” yaitu;
·
Melalui bermain, anak belajar
untuk menerima, mengespresikan, dan menguasai perasaan mereka secara positif
dan konstruktif.
·
Melalui bermain, anak
belajar tentang diri mereka sendiri, anak juga belajar meyakini sudut
pandangnya sendiri, yang dapat membuat ia termotivasi untuk mengembangkan
kepercayaan diri, ketenangan diri.
·
Melalui bermain, anak
belajar untuk mengungkapkan ide dan perasaannya secara verbal, memahami sudut
pandang orang lain, dan belajar memutuskan suatu rencana untuk memecahkan
masalah.
·
Melalui bermain, anak
belajar menghargai orang lain.
Kegiatan bermain dirancang sedemikian rupa
sehingga anak tidak merasa junuh. Ini berarti kegiatan bermain harus
disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak dalam berbagai aspek, termasuk mengetahui
permaianan yang tepat untuk anak. Desain permaianan sangat penting untuk
dipahami, terutama ketika guru harus memilih permainan yang dapat dimainkan
anak didalam kelas.
B.
Teori
Belajar Dienes
Teori belajar
Dienes sangat terkait dengan konsep pembelajaran dengan pendekatan PAKEM
(Pembelajaran Aktif, Kreatif, Enaktif dan Menyenangkan), karena teori ini
menekankan tahap permainan, dimana tahap ini dapat membangkitkan semangat dan
membuat anak senang dalam belajar.
Terinspirasi
dari Jean Piaget, Zoltan P. Dienes
(1981) kemudian merumuskan teorinya yang dikenal dengan teori dienes. Teori
dienes memusatkan perhatiannya pada cara-cara pengajaran matematika
terhadap anak-anak sehingga sistem yang dikembangkannya itu menarik bagi anak
yang mempelajari matematika.
Dienes mengemukakan bahwa tiap-tiap
konsep atau prinsip dalam matematika yang disajikan dalam bentuk yang konkret
akan dapat dipahami dengan baik. Ini mengandung arti bahwa benda-benda atau
obyek-obyek dalam bentuk permainan akan sangat berperan bila dimanipulasi
dengan baik dalam pengajaran matematika. Sebagai contoh, jika guru ingin
mengajarkan konsep tentang persegi, maka guru disarankan untuk menyajikan
beberapa gambar persegi dengan ukuran berlainan.
Teori
perkembangan kognitif dienes melihat bahwa proses belajar seseorang dilihat
dari tingkat kemampuan kognitifnya, dalam proses belajar mengajar tingkat
kognitif menjadi suatu hal yang sangat penting, karena kemampuan tingkat
kognitif seseorang tergantung dari usia seseorang, sehingga pola berpikir
anak-anak tidak sama dengan pola berfikir orang dewasa, semakin ia dewasa makin
meningkat pula kemampuan berpikirnya. Jadi, dalam memandang anak keliru jika
kemampuan anak dengan kemampuan orang dewasa sama, sebab anak bukan miniatur
orang dewasa. Oleh
karena itu agar perkembangan kognitif seorang anak berjalan secara maksimal
sebaiknya diperkaya dengan pengalaman edukatif.
Dienes
memandang bahwa setiap konsep (prinsip) matematika dapat dipahami dengan tepat jika disajikan
melalui bentuk
yang konkret/fisik. Dienes menggunakan istilah konsep untuk menunjuk suatu
struktur matematika, suatu definisi tentang konsep yang jauh lebih luas
daripada definisi Gagne. Menurut Dienes, ada tiga jenis konsep matematika yaitu
konsep murni matematika, konsep notasi,
dan konsep terapan.
1. Konsep matematis murni berhubungan
dengan klasifikasi bilangan-bilangan dan hubungan-hubungan antar bilangan, dan
sepenuhnya bebas dari cara bagaimana bilangan-bilangan itu disajikan. Sebagai
contoh, enam, 8, XII, 1110 (basis dua), dan Δ Δ Δ Δ, semuanya
merupakan contoh konsep bilangan genap; walaupun masing-masing menunjukkan cara
yang berbeda dalam menyajikan suatu bilangan genap.
2. Konsep notasi adalah
sifat-sifat bilangan yang merupakan akibat langsung dari cara penyajian bilangan.
Fakta bahwa dalam basis sepuluh, 275 berarti 2 ratusan ditambah 7 puluhan
ditambah 5 satuan merupakan akibat dari notasi nilai tempat dalam menyajikan
bilangan-bilangan yang didasarkan pada sistem pangkat dari sepuluh. Pemilihan
sistem notasi yang sesuai untuk berbagai cabang matematika adalah faktor
penting dalam pengembangan dan perluasan matematika selanjutnya.
3. Konsep terapan adalah
penerapan dari konsep matematika murni dan notasi untuk penyelesaian masalah
dalam matematika dan dalam bidang-bidang yang berhubungan. Panjang, luas dan
volume adalah konsep matematika terapan. Konsep-konsep terapan hendaknya
diberikan kepada siswa setelah mereka mempelajari konsep matematika murni dan
notasi sebagai prasyarat. Konsep-konsep murni hendaknya dipelajari oleh siswa
sebelum mempelajari konsep notasi, jika dibalik para siswa hanya akan menghafal
pola-pola bagaimana memanipulasi simbol-simbol tanpa pemahaman konsep
matematika murni yang mendasarinya. Siswa yang membuat kesalahan manipulasi
simbol seperti 3x + 2 = 4 maka x + 2 = 4 – 3, = x, a2 x
a3 = a6 berusaha menerapkan konsep murni dan konsep notasi
yang tidak cukup mereka kuasai.
C. Tahap-tahap Belajar Menurut
Dienes
Menurut Dienes konsep-konsep
matematika akan berhasil jika dipelajari dalam tahap-tahap tertentu. Dienes
membagi tahap-tahap belajar menjadi 6 tahap, yaitu:
1. Permainan Bebas (Free Play)
Tahap yang paling awal dari
pengembangan konsep bermula dari permainan bebas. Permainan bebas merupakan
tahap belajar konsep yang aktifitasnya tidak berstruktur dan tidak diarahkan.
Anak didik diberi kebebasan untuk mengatur benda. Selama permainan, pengetahuan
anak muncul. Dalam tahap ini anak mulai membentuk struktur mental dan struktur
sikap dalam mempersiapkan diri untuk memahami konsep yang sedang dipelajari.
2.
Permainan yang Menggunakan Aturan (Games)
Dalam permainan
yang disertai aturan siswa sudah mulai meneliti pola-pola dan
keteraturan yang terdapat dalam konsep tertentu. Keteraturan ini mungkin
terdapat dalam konsep tertentu tapi tidak terdapat dalam konsep yang lainnya.
Jelaslah, dengan melalui permainan siswa diajak untuk mulai mengenal dan
memikirkan bagaimana struktur matematika itu. Makin banyak bentuk-bentuk
berlainan yang diberikan dalam konsep tertentu, akan semakin jelas konsep yang
dipahami siswa, karena akan memperoleh hal-hal yang bersifat logis dan
matematis dalam konsep yang dipelajari itu.
3. Permainan Kesamaan Sifat (Searching for communalities)
Dalam mencari kesamaan sifat, siswa
mulai diarahkan dalam kegiatan menemukan sifat-sifat kesamaan dalam permainan
yang sedang diikuti. Untuk melatih dalam mencari kesamaan sifat-sifat ini, guru
perlu mengarahkan mereka dengan mentranslasikan kesamaan struktur dari bentuk
permainan lain. Translasi ini tentu tidak boleh mengubah sifat-sifat abstrak
yang ada dalam permainan semula.
4.
Permainan Representasi (Representation)
Representasi
adalah tahap pengambilan sifat dari beberapa situasi yang sejenis. Para siswa
menentukan representasi dari konsep-konsep tertentu. Setelah mereka berhasil
menyimpulkan kesamaan sifat yang terdapat dalam situasi-situasi yang
dihadapinya itu. Representasi yang diperoleh ini bersifat abstrak. Dengan
demikian telah mengarah pada pengertian struktur matematika yang sifatnya
abstrak yang terdapat dalam konsep yang sedang dipelajari. Contoh kegiatan anak
untuk menemukan banyaknya diagonal poligon seperti berikut ini.
Segitiga,
Segiempat, Segilima, Segienam, Segi dua puluh tiga
0 diagonal,
2 diagonal, 5 diagonal, ..... diagonal, …. diagonal
5.
Permainan dengan Simbolisasi (Symbolization)
Simbolisasi
termasuk tahap belajar konsep yang membutuhkan kemampuan merumuskan
representasi dari setiap konsep-konsep dengan menggunakan simbol matematika
atau melalui perumusan verbal. Sebagai contoh, dari kegiatan mencari banyaknya
diagonal tersebut, kegiatan berikutnya menentukan rumus banyaknya diagonal
suatu poligon yang digeneralisasikan dari pola yang didapat anak.
6.
Permainan dengan Formalisasi (Formalization)
Formalisasi
merupakan tahap belajar konsep yang terakhir. Dalam tahap ini siswa dituntut
untuk mengurutkan sifat-sifat konsep dan kemudian merumuskan sifat-sifat baru
konsep tersebut, sebagai contoh siswa yang telah mengenal dasar-dasar dalam
struktur matematika seperti aksioma, harus mampu merumuskan teorema dalam arti
membuktikan teorema tersebut.
Pada tahap
formalisasi anak tidak hanya mampu merumuskan teorema serta membuktikannya,
tetapi mereka sudah mempunyai pengetahuan tentang sistem yang berlaku dari
pemahaman konsep-konsep yang terlibat satu sama lainnya. Misalnya bilangan
bulat dengan operasi penjumlahan beserta sifat-sifat tertutup, komutatif,
asosiatif, adanya elemen identitas, dan mempunyai elemen invers, membentuk
sebuah sistem matematika. Dienes menyatakan bahwa proses pemahaman (abstracton)
berlangsung selama belajar. Untuk pengajaran konsep matematika yang lebih sulit
perlu dikembangkan materi matematika secara kongkret agar konsep matematika
dapat dipahami dengan tepat. Dienes berpendapat bahwa materi harus dinyatakan
dalam berbagai penyajian (multiple
embodiment), sehingga anak-anak dapat bermain dengan bermacam-macam
material yang dapat mengembangkan minat anak didik. Berbagai penyajian materi (multiple embodinent) dapat
mempermudah proses pengklasifikasian abstraksi konsep.
Menurut
Dienes, variasi sajian materi
hendaknya tampak berbeda antara satu dan lainya, sehingga anak didik
dapat melihat struktur dari berbagai pandangan yang berbeda-beda dan memperkaya
imajinasinya terhadap setiap konsep matematika yang disajikan. Berbagai sajian
(multiple embodiment)
juga membuat adanya manipulasi secara penuh tentang variabel-variabel
matematika. Variasi matematika dimaksud untuk membuat lebih jelas mengenai
sejauh mana sebuah konsep dapat digeneralisasi terhadap konsep yang lain.
Dengan demikian, semakin banyak bentuk-bentuk berlainan yang diberikan dalam
konsep tertentu, semakin jelas bagi anak dalam memahami konsep tersebut.
D. Permainan dalam
Pembelajaran Matematika
Salah satu cara yang dapat
digunakan dalam mengiring siswa memahami materi bangun datar ini adalah
bermain puzzle matematika. Adapun media yang digunakan berupa tangram yang
terdiri dari satu persegi yang didalamnya berisikan potongan-potongan dari 7
bagun datar yaitu 5 segitiga, 1 persegi dan 1 jajar genjang. Contonya dapat
dilihat pada gambar berikut :
Minta siswa untuk menyebutkan ada berapa jumlah bangun datar
dan jenis-jenis bangun datar yang terdapat dalam puzzle, kemudian minta siswa
untuk memberikan warna yang berbeda pada setiap bangun datar yang ditemukan
dalam puzzle.
Jawaban yang mungkin
muncul akan seperti ini
Dari
puzzle tersebut, terdapat 7 bangun datar, terdiri dari 5 segitiga, 1 persegi
dan 1 jajar genjang.
D. Kelebihan
dan Kekurangan Teori Belajar Dienes
Ada beberapa kelebihan dan kekurangan teori belajar Dienes
antara lain:
1. Kelebihan teori belajar Dienes.
a. Dengan menggunakan benda-benda
konkret, siswa dapat lebih memahami konsep dengan benar,
b. Susunan belajar akan lebih hidup,
menyenangkan, dan tidak membosankan,
c. Dominasi guru berkurang dan siswa
lebih aktif,
d. Konsep yang lebih baik dipahami
dapat lebih mengakar karena siswa membuktikannya sendiri,
e. Dengan banyaknya contoh dengan
melakukan permainan siswa dapat menerapkan ke dalam situasi yang lain.
2. Kelemahan teori belajar Dienes
a. Tidak semua materi dapat menggunakan
teori belajar Dienes, karena teori ini lebih mengarah kepermainan,
b. Tidak semua siswa memiliki kemampuan
yang sama
c. Bila pengajar tidak memiliki
kemampuan mengarah siswa maka siswa cenderung hanya bermain tanpa berusaha
memahami konsep.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Hal
penting yang perlu dipahami oleh para pendidik bahwa untuk mengajar matematika
pada anak sebaiknya dilakukan dengan cara yang menyenangkan, asyik serta anak
merasa betah untuk belajar karena ia tidak merasa terbebani untuk belajar
melainkan ia merasa bahwa sedang bermain.
Bermain sambil belajar merupakan sebuah
slogan yang harus dimaknai sebagai satu kesatuan, yakni belajar yang dilakukan
anak melalui bermain. “Bermain sambil
belajar” dalam arti ini tidak diartikan sebagai dua kegiatan yakni bermain
dan belajar, yang dilakukan secara bergantian tapi anak belajar melalui
bermain. Artinya, aktifitas-aktifitas anak lebih ditekankan pada ciri-ciri
bermain. Porsi bermain tampak lebih menonjol daripada belajar. Melalui bermain
itulah anak memperoleh berbagai kemampuan seperti kemampuan berkomunikasi,
kemampuan berbahasa, kemampuan bersosialisasi, kemampuan memanajemen emosi dan
berkemampuan berpikir logis-matematis.
Saran
Adapun saran yang dapat kami
berikan antara lain :
·
Sebelum
merencanakan pembelajaran, guru seharusnya mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi proses belajar dan pembelajaran.
·
Seorang
guru sebaiknya mengimplikasikan prinsip-prinsip belajar dalam pembelajaran.
·
Seorang
guru sebaiknya mengetahui karakteristik masing-masing siswanya.
DAFTAR
PUSTAKA
Baharuddin dan Wahyuni. 2012. Teori Belajar dan Pembelajaran.
Jokjakarta: Ar-Ruzz Media
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV
Pustaka Setia
John W.Santrock. 2013. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana